“Taman Laut Wakatobi memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dan dihuni lebih dari 750 spesies laut”
Sulawesi Tenggara Underwater Paradise
Pagi
ditepi pantai Wakatobi tak pernah terlupakan. Riak gelombang terdengar
merdu menyambut cerah cakrawala. Hamparan pasir putih, banyu biru serta
hutan nyiur melukiskan pantai ini sungguh eksotis.
Menyusuri bibir pantai, ikan hias warna-warni terlihat jelas bercumbu
di antara terumbu karang. Berjalan ketengah dengan perahu motor, sebuah
pemandangan terlihat menakjubkan, gugusan terumbu karang yang
dinyatakan sebagai surga laut terindah didunia.
Dalam peta wisata dunia, Wakatobi lebih dikenal sebagai Kepulauan Tukang
Besi. Taman Laut Wakatobi hasil perpaduan empat pulau utama: pulau
Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Kabupaten Wakatobi yang baru
berusia empat tahun ini terletak di ujung Pulau Sulawesi Tenggara.
Wakatobi memanjang dari utara ke selatan, antara 05,15 derajat LS
sepanjang kurang lebih 160 km, dan membentang dari barat ke timur
antara 123,30 derajat sampai 124,15 derajat BT sepanjang kurang lebih
120 km. Dengan terumbu karang tunggal terbesar di dunia, Wakatobi
menjadi surga bagi para pencinta wisata bahari. Hamparan terumbu karang
terbentang luas dengan topografi bawah laut yang kompleks seperti bentuk
slope, flat, drop off, atoll dan underwater cave ditambah kekayaan biota laut yang beraneka ragam.
Kedalaman lautnya bervariasi. Bagian terdalam mencapai 1.044 meter
dengan dasar perairan berpasir dan berkarang. Ikan hias berwarna-warni
tampak bermain-main di sela-sela terumbu karang yang eksotis.
Secara spesifik, Taman Laut Kepulauan Wakatobi memiliki kurang-lebih 25
buah gugusan terumbu karang dengan jumlah 750 spesies yang dikelilingi
total 600 kilometer persegi, ditambah lagi dengan obyek wisata pantai
yang sangat potensial di sepanjang wilayah Wakatobi.
Potensi tersebut menjadikan kawasan ini sangat comfortable untuk aktivitas laut seperti surfing dan snorkeling
serta wisata memancing. Biasanya musim kunjungan ramai antara bulan
April sampai Juni, dan Oktober hingga Desember. Pada musim tersebut
ombak sangat bersahabat, tenang sekaligus nyaman.
Ke
Taman Laut Wakatobi tak perlu khawatir soal penginapan. Wakatobi Dive
Resort di Pulau Onemobaa-Tomia siap menyambut. Ditempat ini juga
menawarkan program wisata scuba diving yang berstandar dunia.
Didukung oleh rumah karang yang spektakuler serta kemudahan akses ke
tempat penyelaman dengan keanekaragaman kehidupan bawah laut, ditambah
lagi dengan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan aktivitas selam.
Wakatobi Resort memiliki perangkat komunikasi satelit dengan akses
internet 24 jam. Berkat fasilitas itu, Wakatobi Dive Resort melayani
tamu dengan pelayanan standar internasional.
Wakatobi memiliki aksesibilitas yang cukup mudah terjangkau dari
kota-kota terdekat seperti Bau-Bau maupun Kendari. Transportasi yang
digunakan pada umumnya adalah kapal cepat yang berkapasitas muatan
sampai dengan 275 penumpang, dengan rute perjalanan sebagai berikut:
Dari Denpasar Bali ke Tomia, Wakatobi tersedia jalur transportasi udara
dengan jadwal penerbangan 3 kali dalam satu bulan serta penerbangan
reguler setiap hari dengan rute Kendari-Bau Bau-Wangi Wangi.
Dari Ibukota Provinsi Kendari menggunakan kapal cepat dengan jadwal
keberangkatan 4 kali sehari mengantar Anda ke Bau Bau dengan waktu
tempuh sekitar 4 jam. Kemudian dari Bau Bau melanjutkan perjalanan ke
Wangi Wangi dengan menggunakan kapal motor reguler dengan waktu tempuh
sekitar 8 jam. Dari Wangi Wangi tersedia pelayaran dengan kapal reguler
setiap hari ke Kaledupa (Hoga), Tomia (Onemobaa), dan Binongko
kurang-lebih 2-4 jam.
Selain dimanjakan dengan pemandangan bawah laut, Wakatobi juga menyimpan
keagungan budaya serta jejak-jejak peninggalan masa lalu. Diwilayah ini
banyak terdapat benteng dengan ragam bentuk dan ukuran yang berdiri
tegak di puncak bukit, antara lain Benteng Liya, Benteng Mandati Tonga,
Benteng Tindoi di Wangi-Wangi dan Wang Selatan. Benteng Ollo dan Benteng
Kamali di Kaledupa, Benteng Pattua di Tomia dan Benteng Palahidu di
Binongko.
Tiap-tiap benteng menawarkan pemandangan alam yang menawan dengan
keunikan sejarah dan benda-benda peninggalan yang bersejarah, seperti
masjid-masjid tua, kuburan-kuburan tua, peralatan-peralatan kerajaan,
dan benda-benda purbakala lainnya.
Masyarakat Wakatobi dikenal memiliki tangan-tangan terampil yang
menghasilkan berbagai kerajinan tradisional dari bambu dan sutra menjadi
gelang, kalung dan aksesoris cantik lainnya.
Para orang tua mengolah bambu, rotan, tempurung kelapa maupun sutra
untuk menciptakan berbagai macam kerajinan seperti sarung Leja,
layang-layang tradisional, keranjang bambu, bubu, tembikar, dan
lain-lain.
Sementara itu para perempuan Wakatobi terkenal terampil membuat tembikar
dan sarung tenun Paleka/Leja, yaitu sarung tenun yang dibuat dengan
alat tradisional yang dikenal sebagai kerajinan “Homoru”. Kerajinan ini
adalah salah satu kerajinan pembuatan sarung tenun yang unik, bukan
hanya karena teknik pembuatannya tetapi juga karena cara pembuatan motif
sarung yang berkarakter dan penuh ornamen-ornamen seni.
Itulah Wakatobi, keindahan pantainya, pesona terumbu karangnya, hingga
kekayaan budayanya tak pernah terlupakan. Bila sudah kesini, mungkin tak
hanya cukup sekali untuk menikmatinya. [Teguh S Gembur]
Tanah Tingal
Wisata Pedesaan di Selatan Jakarta
SETIAP
akhir pekan tiba, Bonang selalu berusaha mengisi waktu bersama kedua
anaknya, Arsal (9) dan Kiki (2). Untuk mengisi acara akhir pekan itu,
wisata alam selalu menjadi pilihan favorit mereka. ”Saya ingin
mendekatkan anak-anak dengan alam,” ujar pria berusia 40 tahun ini.
Keluarga
Bonang tinggal di kawasan Pamulang, Tangerang. Kendati kerap berlibur
ke Puncak, Bogor, keluarga Bonang sebenarnya lebih suka memilih tempat
liburan yang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Pasalnya, jalur ke
Puncak kerap macet saat akhir pekan atau hari libur.
Namun
mencari tempat wisata alam yang dekat dengan wilayah Jakarta memang
agak sulit. Banyak lahan yang tadinya merupakan kawasan hijau sudah
berubah menjadi kawasan perumahan atau perkantoran. Maka, ketika Bonang
mendengar kabar bahwa ada tempat wisata alam di daerah selatan Jakarta,
yang tak jauh dari tempat tinggalnya, karyawan swasta ini buru-buru
menjajalnya. Tempat wisata alam ini bernama Tanah Tingal. Lokasinya di
Jalan Merpati Raya, Desa Sawah Baru, Jombang, Ciputat, Tangerang. Dari
terminal Lebak Bulus jaraknya sekitar 10 kilometer.
“Di sini anak-anak saya ketagihan main kayak dan flying fox,” ujar Bonang. Kayak adalah perahu kecil yang berpenumpang paling banyak dua orang. Dengan
menunggang kayak, anak-anak bisa bertualang mengelilingi danau buatan.
Tiketnya hanya Rp 15 ribu per putaran. Bahkan, di hari-hari biasa yang
tak padat pengunjung, dengan tiket yang tak mahal itu anak-anak bisa
bermain kayak sepuasnya.
Selain bermain kayak, permainan flying fox pun banyak digemari anak-anak. Flying fox adalah
permainan meluncur dari pohon ke pohon. Menurut Bonang, permainan itu
selain memacu adrenalin juga melatih keberanian anak. Sebab, anak-anak
harus meloncat dari satu pohon ke pohon lain dengan menggunakan tambang.
Untuk menikmati permainan itu, tiketnya pun hanya Rp 15 ribu. Permainan
lain yang tak kalah menarik antara lain panjat dinding dan meniti
jembatan tali. Anak laki-laki umumnya sangat menyukai permainan ini.
Rifa,
salah seorang staf di Tanah Tingal, menjelaskan bahwa pada awalnya
lahan seluas 11 hektar itu adalah milik almarhum Budiardjo, Menteri
Penerangan Kabinet Pembangunan I pada era Soeharto. Karena almarhum
memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan, maka disulaplah lahan ini
sebagai tempat wisata pendidikan untuk anak-anak.
Sebagai
wahana edukasi, tiket masuknya pun tidak terlalu mahal. Pada hari
Minggu atau hari libur, tiket masuk dibanderol sebesar Rp 10 ribu.
Sedangkan pada hari biasa tiketnya hanya Rp 8 ribu. Anding, Marketing
Manager Tanah Tingal, menjelaskan bahwa tersedia pula paket kegiatan outing atau outbond
untuk rombongan. Untuk kegiatan ini sudah disiapkan berbagai permainan
ketangkasan, mulai dari panjat dinding, meniti tali-temali, hingga
menyeberang jembatan.
Biaya
untuk rombongan sebanyak 300 orang sebesar Rp 250 ribu per orang.
Namun, bila jumlah peserta di bawah 50 orang, dikenakan biaya Rp 275
ribu per orang. ”Harga tersebut sudah termasuk makan,” ujar Anding.
Fasilitas
fisik lainnya di Tanah Tingal juga disewakan untuk rombongan. Misalnya
lokasi kolam renang disewakan Rp 2 juta per dua jam, sedangkan area
danau Rp 800 ribu per dua jam. Ruangan dengan kapasitas 50 orang
disewakan Rp 500 ribu, sedangkan yang berkapasitas 25 orang Rp 250 ribu.
Bagi
wisatawan yang ingin melewatkan malam bersuasana pedesaan yang hening
dan hanya dihiasi nyanyian jengkerik dan katak, tersedia pula penginapan
dengan biaya Rp 60 per orang. ”Harga tersebut juga sudah termasuk makan
pagi,” jelas Anding.
Aktivitas lain yang ditawarkan Tanah Tingal adalah mengintip burung (birdwatching). Saat paling ideal untuk kegiatan birdwatching tentu saja adalah pagi hari. Aneka
jenis pohon yang tumbuh di sekitar Tanah Tinggal memang menjadi surga
bagi berbagai jenis burung yang tentu menarik bagi para wisatawan.
Terdapat
sekitar 30 jenis burung yang bisa diamati di Tanah Tingal, mulai dari
yang sudah banyak dikenal hingga yang langka, misalnya burung Raja
Udang. Jumlah 30 jenis itu adalah hasil riset dari para anggota BirdLife
Indonesia saat melakukan pendataan di tempat ini. Kehadiran burung Raja
Udang di Tanah Tingal merupakan indikasi bahwa kualitas alami kawasan
ini masih tergolong bagus. Karena itu, memang tepat sebagai destinasi
wisata bagi siapapun yang merindukan kesegaran alam, udara bersih dan
hijau pepohonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar